Keterkaitan ekonomi dengan kehidupan
sosial
Latar Belakang
Di dalam
kehidupan masyarakat sebagai satu sistem maka bidang ekonomi hanya sebagai
salah satu bagian atau subsistem saja. Oleh karena itu, di dalam memahami
aspek kehidupan ekonomi masyarakat maka perlu dihubungkan antara
faktor ekonomi dengan faktor lain dalam kehidupan masyarakat tersebut.
Faktor-faktor tersebut antara lain; faktor kebudayaan, kelompok solidaritas,
dan stratifikasi sosial.
Faktor-faktor
tersebut mempunyai pengaruh yang
langsung terhadap perkembangan ekonomi. Faktor kebudayaan; ada nilai
yang mendorong perkembangan ekonomi, akan tetapi ada pula nilai yang menghambat
perkembangan ekonomi. Demikian pula dengan kelompok solidaritas, dalam hal ini
yakni keluarga dan kelompok etnis, keluarga terkadang mendorong pertumbuhan
ekonomi, tetapi terkadang pula memperlambat
Baik
ekonomi maupun sosiologi merupakan disiplin ilmu dengan tradisi ilmu yang
mapan. Munculnya ekonomi sebagai disiplin ilmu dapat terlihat dari fenomena
ekonomi sebagai suatu gejala bagaimana cara orang atau masyarakat memenuhi kebutuhan hidup mereka terhadap
jasa dan barang langka yang diawali oleh proses produksi, konsumsi dan
pertukaran.
Sosiologi
ekonomi mempelajari berbagai macam kegiatan yang sifatnya kompleks dan
melibatkan produksi, distribusi, pertukaran dan konsumen
barang dan jasa yang bersifat langka dalam masyarakat.
Jadi,
fokus analisis untuk sosiologi ekonomi adalah pada kegiatan ekonomi, dan
mengenai hubungan antara variabel-variabel sosiologi yang terlihat dalam
konteks non-ekonomis.
A. KONSEP KETERLEKATAN
Konsep keterlekatan diajukan oleh Granovetter (1985) untuk
menjelaskan perilaku ekonomi dalam hubungan sosial. Konsep keterlekatan
merupakan tindakan ekonomi yang disituasikan secara sosial dan melekat dalam
jaringan sosial personal yang sedang berlangsung di antara para aktor. Adapun
yang dimaksud dengan jaringan hubungan sosial ialah sebagai suatu rangkaian
hubungan yang teratur atau hubungan sosial yang sama diantara individu-individu
atau kelompok – kelompok. Adapun yang dimaksudkan jaringan hubungan sosial
ialah sebagai “suatu rangkaian hubungan yang teratur atau hubungan sosial yang
sama di antara individu – individu atau kelompok – kelompok” (Granovetter dan
Swedberg, 1992 : 9)
Tindakan
yang dilakukan oleh anggota jaringan adalah “terlekat” karena ia diekspresikan
dalam interaksi dengan orang lain.
B. KETERLEKATAN EKONOMI DALAM
MASYARAKAT MODERN
Menurut Polanyi dan kawan-kawan (1957) ekonomi dalam
masyarakat pra industri melekat dalam institusi-institusi sosial, politik dan
agama. Ini berarti bahwa fenomena seperti perdagangan, uang dan pasar diilhami
tujuan selain dari mencari keuntungan. Kehidupan ekonomi dalam masyarakat pra
industri diatur oleh resiprositas dan redistribusi. Mekanisme pasar tidak
dibolehkan untuk mendominasi kehidupan ekonomi, oleh karena itu permiantaan dan
penawaran bukan sebagai pembentuk harga tetapi lebih kepada tradisi atau
otoritas politik. Sebaliknya dalam masyarakat modern, “pasar yang menetapkan
harga” diatur oleh suatu logika baru, yaitu logika yang menyatakan bahwa
tindakan ekonomi tidak mesti melekat dalam masyarakat.
Dalam membahas keterlekatan ekonomi dalam masyarakat,
Polanyi mengajukan tiga proses ekonomi, yaitu resiprositas, redistribusi dan
pertukaran. Resiprositas menujuk pada gerakan di antara kelompok simetris yang
saling berhubungan. Itu terjadi apabila hubungan timbal balik antara
individu-individu sering dilakukan. Misalnya dalam masyarakat
Minangkabau terdapat tuntunan adat tentang resiprositas yaitu kabar baik
dihimbaukan, kabar jelek dihimbaukan. Maksudnya, jika ada berita yang
menggembirakan (baik) seperti memanen padi maka petani pemilik sawah harus
memberitahu kepada kerabat – kerabatnya tentang waktu dan tempat memanen padi
sebelumnya, jika dia ingin dibantu dalam memanen padi. Sebaliknya, kerabat –
kerabatnya juga melakukan hal yang sama kepadanya apabila mereka akan memanen
padi di sawah.
Redistribusi merupakan gerakan appropriasi yang bergerak ke
arah pusat kemudian dari pusat didistribusikan kembali. Hal ini terjadi karena
adanya komunitas politik yang terpusat. Misalnya pada
kerajaan – kerajaan Jawa tradisional, raja mempunyai hak untuk mengumpulkan
pajak dari rakyatnya. Sebaliknya rakyat akan mendapat perlindungan keamanan
maupun “berkah” dari pusat (raja). Acara sekatenan yang diadakan sekali setahun
merupakan satu contoh redistribusi yang dilakukan oleh pusat.
Sedangkan pertukaran merupakan proses ekonomi yang
berlangsung antara “tangan-tangan” di bawah sistem pasar. Dalam pasar dilakukan
aktivitas perdagangan dengan menggunakan uang sebagai alat pertukaran dan
mekanisme pasar ditentukan oleh pasar melalui permintaan dan penawaran.
Keterlekatan yang terjadi dalam masyarakat pra inidustri dan
ketidakterlekatan yang muncul pada masyarakat industri dapat dirangkum dalam
table 1.
Tabel
1. Keterlekatan Ekonomi dan Masyarakat Berdasarkan Konsep Polanyi
Hubungan
|
Keterlekatan Ekonomi dalam Organisasi
|
Ketidakterlekatan Ekonomi dalam Organisasi
|
Ekonomi dan Komunitas
|
Resiprositas – ekonomi melekat dalam hubungan yang
terpusat pada kewajiban terhadap komunitas. Redis-tribusi ekonomi melekat
dalam komu nitas politik yang terpusat
|
Pasar ekonomi tidak melekat pada komunitas melalui
institusi-institusi, seperti pasar dan hak milik pribadi
|
Ekonomi dan Pemerintahan
|
Resiprositas-ekonomi melekat dalam proses pengaturan suku
yang termaktub dalam adat. Redistribusi-ekonomi melekat dalam aparat politik
negara yang terpusat dan kerajaan yang terbentuk melakukan kontrol geo-
politik
|
Pasar-ekonomi tidak melekat pada pemerintahan melalui
integritas legal dari individu dan perusahaan serta melalui kebebasan pasar
dari dominasi politik
|
Ekonomi dan Rumah Tangga
|
Resiprositas-ekonomi maupun rumah
tangga melekat dalam komu nitas suku. Redistribusi-ekonomi dan rumah tangga
melekat da lam komunitas po- litik yang terpusat.
|
Pasar-ekonomi tidak melekat pada
rumah tangga dalam arti “kerja” dan “rumah”, “pekerjaan” dan “waktu luang”.
|
C. KETERLEKATAN VERSUS PILIHAN RASIONAL
Mulai dengan beberapa unit perilaku
atau aktor yang diasumsikan “berperilaku rasional”. Bermakna memaksimumkan
keajegan perilaku yang diantisipasi atau diharapkan akan membawa imbalan atau
hasil dimasa akan datang.
Secara umum teori pilihan rasional mengasumsikan bahwa
tindakan manusia mempunyai maksud dan tujuan yang dibimbing oleh hieraki yang
tertata rapi dari preferensi.
Dalam
hal ini rasional berarti :
-
Aktor melakukan perhitungan dari pemanfaatan
atau preferensi dalam pemilihan suatu bentuk tindakan
-
Aktor juga menghitung biaya bagi setiap jalur
perilaku.
-
Aktor berusaha memaksimalkan pemanfaatan untuk
mencapai pilihan tertentu
Menurut Granovetter (1989), pendekatan pilihan rasional
adalah bentuk ekstrem dari individualisme metodologis yang mencoba meletakkan suatu
superstruktur yang luas di atas fundamen yang sempit, karena pendekatan pilihan
rasional tidak memperhatikan secara serius pentingnya struktur jaringan sosial
dan bagaimana struktur ini mempengaruhi hasil secara keseluruhan.
D. JARINGAN SOSIAL DALAM PERILAKU EKONOMI
Granovetter telah menegaskan bahwa keterlekatan perilaku
ekonomi dalam hubungan sosial dapat dijelaskan melalui jaringan sosial yang
terjadi dalam kehidupan ekonomi. Bagi sosiolog, studi tentang jaringan sosial
dihubungkan dnegan bagaimana individu terkait antara satu dengan lainnya dan
bagaimana ikatan afiliasi melayani baik sebagai pelicin untuk memperoleh
sesuatu yang dikerjakan mauoun sebagai perekat yang memberikan tatanan dan
makna pada kehidupan sosial.
Berdasarkan literature yang berkembang,
Powell dan Smith-Doerr (1994) mengajukan dua pendekatan yang dapat digunakan
untuk memahami jaringan sosial, yaitu pendekatan analisis atau abstrak dan
pendekatan perspektif atau studi kasus. Pendekatan terhadap jaringan sosial
menekankan analisis abstrak pada :
·
Pola informal dalam organisasi, pada dasarnya
area ini memiliki kerangka pemikiran yaitu hubungan informal sebagai pusat
kehidupan politik organisasi-organisasi.
·
Jaringan juga memperhatikan tentang bagaimana
lingkungan dalam organisasi diskontruksi. Ini berarti bahwa perhatian lebih
banyak tertuju pada segi-segi normative dan budaya dari lingkungan seperti
sistem kepercayaan, hak, profesi dan sumber-sumber legitimasi.
·
Sebagai suatu alat penelitian formal untuk
menganalisis kekuasaan dan otonomi, area ini terdiri dari struktur sosial
sebagai suatu pola hubungan unit-unit sosial yang terkait (individu-individu
sebagai aktor-aktor yang bersama dan bekerja sama) yang dapta
mempertanggungjawabkan tingkah laku mereka yang terlibat.
Pendekatan perspektif memandang
jaringan sosial sebagai pengaturan logika atau sebagai suatu cara menggerakan
hubungan-hubungan diantara para aktor ekonomi. Dengan demikian ia dipandang
sebagai perekat yang menyatukan individu-individu secara bersama kedalam suatu
sistem yang padu. Pendekatan ini lebih pragmatis dan terkait dengan pendekatan
antar-disipliner. Pendekatan ini cenderung untuk melihat motif yang berbeda
kedalam kehidupan ekonomi seperti analisis jaringan sosial dalam pasar, tenaga
kerja, etika bisnis, dan organisasi kelompok bisnis.
Persamaan
antara pendekatan analitis dan pendekatan perspektif didasarakn atas kerangka
kerja konseptual dari :
·
Keterlekatan, resiprositas dan koneksi.
Kesemuanya itu merupakan jaringan hubungan bagi setiap tindakan tertentu yang melekat
dalam struktur sosial yang lebih luas atau masyarakat sebagai suatu
keseluruhan.
·
Pemakaian bahasa dan model tindakan. Menurut
Burt (1992) keuntungan informasional dari sosial merupakanakses, pengaturan
tempo, dan penterahan. Kedua pendekatan tersebut sama menganggap penting
kepercayaan (trust) bagi resiprositas dalam jaringan sosial.
Baik pendekatan analitis maupun pendekatan perspektif
mempunyai keterbatasan. Keadaan tersebut menyebabkan kedua pendekatan tersebut
tidak mampu melihat kelseluruhan struktur atau bentuk dan isi jaringan sosial
secara mendalam.
Pendekatan yang berorientasi abstrak sering terlalu sedikit
memberi perhatian pada substansi, lebih menekankan pada struktur (ukuran)
dibandingkan isi dari ikatan dari suatu jaringan sosial.
Dalam melakukan penelitian tentang jaringan sosial, terdapat
empat bidang penelitian yang dapat dikerjakan oleh sosiolog, yaitu jaringan
informal terhadap akses dan kesempatan; jaringan formal dari pengaruh dan
kekuasaan; organisasi sebagai jaringan perjanjian; serta jaringan sosial dalam
produksi.
Kesimpulan
Di
dalam memahami
aspek kehidupan ekonomi masyarakat maka perlu dihubungkan antara
faktor ekonomi dengan faktor lain dalam kehidupan masyarakat tersebut.
Faktor-faktor tersebut antara lain; faktor kebudayaan, kelompok solidaritas,
dan stratifikasi sosial.
fokus
analisis untuk sosiologi ekonomi adalah pada kegiatan ekonomi, dan mengenai
hubungan antara variabel-variabel sosiologi yang terlihat dalam konteks
non-ekonomis.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar