Kamis, 28 Maret 2013

EKONOMI DAN KEHIDUPAN SOSIAL


Keterkaitan ekonomi dengan kehidupan sosial

Latar Belakang
Di dalam kehidupan masyarakat sebagai satu sistem maka bidang ekonomi hanya sebagai salah satu bagian atau subsistem saja. Oleh karena itu, di dalam memahami aspek kehidupan ekonomi masyarakat maka perlu dihubungkan antara faktor ekonomi dengan faktor lain dalam kehidupan masyarakat tersebut. Faktor-faktor tersebut antara lain; faktor kebudayaan, kelompok solidaritas, dan stratifikasi sosial.
Faktor-faktor tersebut mempunyai pengaruh yang langsung terhadap perkembangan ekonomi. Faktor kebudayaan; ada nilai yang mendorong perkembangan ekonomi, akan tetapi ada pula nilai yang menghambat perkembangan ekonomi. Demikian pula dengan kelompok solidaritas, dalam hal ini yakni keluarga dan kelompok etnis, keluarga terkadang mendorong pertumbuhan ekonomi, tetapi terkadang pula memperlambat
Baik ekonomi maupun sosiologi merupakan disiplin ilmu dengan tradisi ilmu yang mapan. Munculnya ekonomi sebagai disiplin ilmu dapat terlihat dari fenomena ekonomi sebagai suatu gejala bagaimana cara orang atau masyarakat memenuhi kebutuhan hidup mereka terhadap jasa dan barang langka yang diawali oleh proses produksi, konsumsi dan pertukaran.
Sosiologi ekonomi mempelajari berbagai macam kegiatan yang sifatnya kompleks dan melibatkan produksi, distribusi, pertukaran dan konsumen barang dan jasa yang bersifat langka dalam masyarakat.
Jadi, fokus analisis untuk sosiologi ekonomi adalah pada kegiatan ekonomi, dan mengenai hubungan antara variabel-variabel sosiologi yang terlihat dalam konteks non-ekonomis.



A. KONSEP KETERLEKATAN

Konsep keterlekatan diajukan oleh Granovetter (1985) untuk menjelaskan perilaku ekonomi dalam hubungan sosial. Konsep keterlekatan merupakan tindakan ekonomi yang disituasikan secara sosial dan melekat dalam jaringan sosial personal yang sedang berlangsung di antara para aktor. Adapun yang dimaksud dengan jaringan hubungan sosial ialah sebagai suatu rangkaian hubungan yang teratur atau hubungan sosial yang sama diantara individu-individu atau kelompok – kelompok. Adapun yang dimaksudkan jaringan hubungan sosial ialah sebagai “suatu rangkaian hubungan yang teratur atau hubungan sosial yang sama di antara individu – individu atau kelompok – kelompok” (Granovetter dan Swedberg, 1992 : 9)
Tindakan yang dilakukan oleh anggota jaringan adalah “terlekat” karena ia diekspresikan dalam interaksi dengan orang lain.

B. KETERLEKATAN EKONOMI DALAM MASYARAKAT MODERN

Menurut Polanyi dan kawan-kawan (1957) ekonomi dalam masyarakat pra industri melekat dalam institusi-institusi sosial, politik dan agama. Ini berarti bahwa fenomena seperti perdagangan, uang dan pasar diilhami tujuan selain dari mencari keuntungan. Kehidupan ekonomi dalam masyarakat pra industri diatur oleh resiprositas dan redistribusi. Mekanisme pasar tidak dibolehkan untuk mendominasi kehidupan ekonomi, oleh karena itu permiantaan dan penawaran bukan sebagai pembentuk harga tetapi lebih kepada tradisi atau otoritas politik. Sebaliknya dalam masyarakat modern, “pasar yang menetapkan harga” diatur oleh suatu logika baru, yaitu logika yang menyatakan bahwa tindakan ekonomi tidak mesti melekat dalam masyarakat.
Dalam membahas keterlekatan ekonomi dalam masyarakat, Polanyi mengajukan tiga proses ekonomi, yaitu resiprositas, redistribusi dan pertukaran. Resiprositas menujuk pada gerakan di antara kelompok simetris yang saling berhubungan. Itu terjadi apabila hubungan timbal balik antara individu-individu sering dilakukan. Misalnya dalam masyarakat Minangkabau terdapat tuntunan adat tentang resiprositas yaitu kabar baik dihimbaukan, kabar jelek dihimbaukan. Maksudnya, jika ada berita yang menggembirakan (baik) seperti memanen padi maka petani pemilik sawah harus memberitahu kepada kerabat – kerabatnya tentang waktu dan tempat memanen padi sebelumnya, jika dia ingin dibantu dalam memanen padi. Sebaliknya, kerabat – kerabatnya juga melakukan hal yang sama kepadanya apabila mereka akan memanen padi di sawah.
Redistribusi merupakan gerakan appropriasi yang bergerak ke arah pusat kemudian dari pusat didistribusikan kembali. Hal ini terjadi karena adanya komunitas politik yang terpusat. Misalnya pada kerajaan – kerajaan Jawa tradisional, raja mempunyai hak untuk mengumpulkan pajak dari rakyatnya. Sebaliknya rakyat akan mendapat perlindungan keamanan maupun “berkah” dari pusat (raja). Acara sekatenan yang diadakan sekali setahun merupakan satu contoh redistribusi yang dilakukan oleh pusat.
Sedangkan pertukaran merupakan proses ekonomi yang berlangsung antara “tangan-tangan” di bawah sistem pasar. Dalam pasar dilakukan aktivitas perdagangan dengan menggunakan uang sebagai alat pertukaran dan mekanisme pasar ditentukan oleh pasar melalui permintaan dan penawaran.
Keterlekatan yang terjadi dalam masyarakat pra inidustri dan ketidakterlekatan yang muncul pada masyarakat industri dapat dirangkum dalam table 1.
Tabel 1. Keterlekatan Ekonomi dan Masyarakat Berdasarkan Konsep Polanyi
Hubungan
Keterlekatan Ekonomi dalam Organisasi
Ketidakterlekatan Ekonomi dalam Organisasi
Ekonomi dan Komunitas
Resiprositas – ekonomi melekat dalam hubungan yang terpusat pada kewajiban terhadap komunitas. Redis-tribusi ekonomi melekat dalam komu nitas politik yang terpusat
Pasar ekonomi tidak melekat pada komunitas melalui institusi-institusi, seperti pasar dan hak milik pribadi
Ekonomi dan Pemerintahan
Resiprositas-ekonomi melekat dalam proses pengaturan suku yang termaktub dalam adat. Redistribusi-ekonomi melekat dalam aparat politik negara yang terpusat dan kerajaan yang terbentuk melakukan kontrol geo- politik
Pasar-ekonomi tidak melekat pada pemerintahan melalui integritas legal dari individu dan perusahaan serta melalui kebebasan pasar dari dominasi politik
Ekonomi dan Rumah Tangga
Resiprositas-ekonomi maupun rumah tangga melekat dalam komu nitas suku. Redistribusi-ekonomi dan rumah tangga melekat da lam komunitas po- litik yang terpusat.
Pasar-ekonomi tidak melekat pada rumah tangga dalam arti “kerja” dan “rumah”, “pekerjaan” dan “waktu luang”.

C. KETERLEKATAN VERSUS PILIHAN RASIONAL

Mulai dengan beberapa unit perilaku atau aktor yang diasumsikan “berperilaku rasional”. Bermakna memaksimumkan keajegan perilaku yang diantisipasi atau diharapkan akan membawa imbalan atau hasil dimasa akan datang.
Secara umum teori pilihan rasional mengasumsikan bahwa tindakan manusia mempunyai maksud dan tujuan yang dibimbing oleh hieraki yang tertata rapi dari preferensi.
Dalam hal ini rasional berarti :
-          Aktor melakukan perhitungan dari pemanfaatan atau preferensi dalam pemilihan suatu bentuk tindakan
-          Aktor juga menghitung biaya bagi setiap jalur perilaku.
-          Aktor berusaha memaksimalkan pemanfaatan untuk mencapai pilihan tertentu
Menurut Granovetter (1989), pendekatan pilihan rasional adalah bentuk ekstrem dari individualisme metodologis yang mencoba meletakkan suatu superstruktur yang luas di atas fundamen yang sempit, karena pendekatan pilihan rasional tidak memperhatikan secara serius pentingnya struktur jaringan sosial dan bagaimana struktur ini mempengaruhi hasil secara keseluruhan.

D. JARINGAN SOSIAL DALAM PERILAKU EKONOMI

Granovetter telah menegaskan bahwa keterlekatan perilaku ekonomi dalam hubungan sosial dapat dijelaskan melalui jaringan sosial yang terjadi dalam kehidupan ekonomi. Bagi sosiolog, studi tentang jaringan sosial dihubungkan dnegan bagaimana individu terkait antara satu dengan lainnya dan bagaimana ikatan afiliasi melayani baik sebagai pelicin untuk memperoleh sesuatu yang dikerjakan mauoun sebagai perekat yang memberikan tatanan dan makna pada kehidupan sosial.
Berdasarkan literature yang berkembang, Powell dan Smith-Doerr (1994) mengajukan dua pendekatan yang dapat digunakan untuk memahami jaringan sosial, yaitu pendekatan analisis atau abstrak dan pendekatan perspektif atau studi kasus. Pendekatan terhadap jaringan sosial menekankan analisis abstrak pada :
·         Pola informal dalam organisasi, pada dasarnya area ini memiliki kerangka pemikiran yaitu hubungan informal sebagai pusat kehidupan politik organisasi-organisasi.
·         Jaringan juga memperhatikan tentang bagaimana lingkungan dalam organisasi diskontruksi. Ini berarti bahwa perhatian lebih banyak tertuju pada segi-segi normative dan budaya dari lingkungan seperti sistem kepercayaan, hak, profesi dan sumber-sumber legitimasi.
·         Sebagai suatu alat penelitian formal untuk menganalisis kekuasaan dan otonomi, area ini terdiri dari struktur sosial sebagai suatu pola hubungan unit-unit sosial yang terkait (individu-individu sebagai aktor-aktor yang bersama dan bekerja sama) yang dapta mempertanggungjawabkan tingkah laku mereka yang terlibat.
Pendekatan perspektif memandang jaringan sosial sebagai pengaturan logika atau sebagai suatu cara menggerakan hubungan-hubungan diantara para aktor ekonomi. Dengan demikian ia dipandang sebagai perekat yang menyatukan individu-individu secara bersama kedalam suatu sistem yang padu. Pendekatan ini lebih pragmatis dan terkait dengan pendekatan antar-disipliner. Pendekatan ini cenderung untuk melihat motif yang berbeda kedalam kehidupan ekonomi seperti analisis jaringan sosial dalam pasar, tenaga kerja, etika bisnis, dan organisasi kelompok bisnis.
Persamaan antara pendekatan analitis dan pendekatan perspektif didasarakn atas kerangka kerja konseptual dari :
·         Keterlekatan, resiprositas dan koneksi. Kesemuanya itu merupakan jaringan hubungan bagi setiap tindakan tertentu yang melekat dalam struktur sosial yang lebih luas atau masyarakat sebagai suatu keseluruhan.
·         Pemakaian bahasa dan model tindakan. Menurut Burt (1992) keuntungan informasional dari sosial merupakanakses, pengaturan tempo, dan penterahan. Kedua pendekatan tersebut sama menganggap penting kepercayaan (trust) bagi resiprositas dalam jaringan sosial.
Baik pendekatan analitis maupun pendekatan perspektif mempunyai keterbatasan. Keadaan tersebut menyebabkan kedua pendekatan tersebut tidak mampu melihat kelseluruhan struktur atau bentuk dan isi jaringan sosial secara mendalam.
Pendekatan yang berorientasi abstrak sering terlalu sedikit memberi perhatian pada substansi, lebih menekankan pada struktur (ukuran) dibandingkan isi dari ikatan dari suatu jaringan sosial.
Dalam melakukan penelitian tentang jaringan sosial, terdapat empat bidang penelitian yang dapat dikerjakan oleh sosiolog, yaitu jaringan informal terhadap akses dan kesempatan; jaringan formal dari pengaruh dan kekuasaan; organisasi sebagai jaringan perjanjian; serta jaringan sosial dalam produksi.

Kesimpulan
Di dalam memahami aspek kehidupan ekonomi masyarakat maka perlu dihubungkan antara faktor ekonomi dengan faktor lain dalam kehidupan masyarakat tersebut. Faktor-faktor tersebut antara lain; faktor kebudayaan, kelompok solidaritas, dan stratifikasi sosial.
fokus analisis untuk sosiologi ekonomi adalah pada kegiatan ekonomi, dan mengenai hubungan antara variabel-variabel sosiologi yang terlihat dalam konteks non-ekonomis.
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar